Katanya Setan Dikurung Saat Ramadan, Kenapa Masih Banyak yang Maksiat?
Katanya Setan Dikurung Saat Ramadan, Kenapa Masih Banyak yang Maksiat? - Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh, salam sejahtera kami ucapkan untuk para sobat Pembaca Islam Update 24 Jam. Semoga Allah selalu melindungi kita semua dan memberikan Rahmat dan hidayahNya sehingga sobat bisa meluangkan waktu untuk sekedar mampir di situs kami ini.
Dalam kesempatan ini kita akan mengupas tentang Katanya Setan Dikurung Saat Ramadan, Kenapa Masih Banyak yang Maksiat? yang mungkin sedang sobat cari, dan kami sudah menyiapkan artikel ini dengan baik untuk dapat Sobat baca dan ambil informasi didalamnya. Diharapkan postingan kami kali ini dapat membawa manfaat untuk Sobat semuanya, oke selamat membaca.
BANYAK DISUKAI PEMBACA :
Demikian pembahasan tentang Katanya Setan Dikurung Saat Ramadan, Kenapa Masih Banyak yang Maksiat? yang dapat kami sampaikan untuk Anda. Semoga saja dapat mengobati rasa penasaran Sobat mengenai kabar atau berita yang sedang sobat cari.
Kedepannya kami akan terus menambah artikel kami, untuk itu tetap pantau terus situs Islam Update 24 Jam ini. Akhir kata kami ucapkan Wassalamualaikum Warahmatulahi Wabarokatuh, sampai ketemu di postingan kami selanjutnya. Salam sejahtera.
Dalam kesempatan ini kita akan mengupas tentang Katanya Setan Dikurung Saat Ramadan, Kenapa Masih Banyak yang Maksiat? yang mungkin sedang sobat cari, dan kami sudah menyiapkan artikel ini dengan baik untuk dapat Sobat baca dan ambil informasi didalamnya. Diharapkan postingan kami kali ini dapat membawa manfaat untuk Sobat semuanya, oke selamat membaca.
Kita sering mendengar istilah setan dibelenggu atau dikurung saat bulan Ramadan. Pernyataan ini juga sering diungkap dalam ceramah, tablig akbar, atau dalam pemberitaan saat bulan Ramadan.
Pernyataan itu memang sesuai dengan bunyi hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Yahya bin Ayyub, Qutaibah, dan Ibnu Hajar. Mereka meriwayatkan hadits ini dari Ismail bin Ja'far, dari Abu Suhail, dari ayahnya Abu Hurairah yang dikemukakan langsung oleh Nabi Muhammad, berbunyi:
"Jika bulan Ramadan datang, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu," ujar Nabi dalam hadits yang bisa dijamin kesahihannya.
Dari hadits itu ada pertanyaan menggelitik di mana jika benar setan-setan dibelenggu dan dikurung, lalu mengapa masih banyak manusia yang maksiat dan berbuat dosa? Bukankah selama ini setan yang mendorong manusia melakukan dosa?
Mengutip laman Nu Online, menjawab pertanyaan ini ada berbagai versi karena makna hadits ini ulama memiliki pendapat yang berbeda.
Jika berdasarkan kitab Al-Halimi yang dikutip Badruddin Al-Aini dalam Umdatul Qari, hadist ini bermakna setan senantiasa mencuri informasi dari langit. Tapi pada bulan suci Ramadan mereka tidak bisa melakukan itu, karena dibelenggu termasuk tidak bisa menggoda manusia.
Dalam artian menggoda, setan tidak bisa leluasa menggoda manusia, karena pada bulan Ramadan manusia sibuk berdzikir, membaca alquran, dan sebagainya.
Abu Muhammad penulis kitab Umdatul Qari memiliki penjelasan lebih rinci. Ia berpendapat setan dibelenggu tidak bisa menggoda manusia, jika orang tersebut menjalankan syarat, rukun, dan adabnya di bulan Ramadan.
Ilustrasi ibadah di bulan Ramadan. (Shutterstock)
Ilustrasi ibadah di bulan Ramadan. (Shutterstock)
Ada juga berpendapat, ini karena setan dibelenggu hanya sebagian saja tidak seluruhnya. Karena makna hadits ini hanya membatasi ruang gerak setan dan jin jahat. Pembatasan itu bisa dilakukan oleh orang yang menjalankan puasa.
Dijelaskan juga terbelenggunya setan tidak berpengaruh pada kebiasaan buruk manusia, karena di dalam diri manusia ada nafsu yang bisa memicu tindakkan buruk. Ada kalanya tanpa setan pun, kebiasaan buruk akan membuat manusia melakukan hal buruk.
Sehingga di luar bulan Ramadan hanya memperindah keburukan itu kepada manusia, dan mengatakan perilakunya tidaklah berlebihan. Hal ini terungkap dalam Kasyful Musykil min Haditsis Shahihain, karya Jamaluddin Abul Farj.
Jadi, dibelenggunya setan dalam hadist bukan berarti dikurung seutuhnya, tapi mayoritas ulama berpendapat itu hanyalah makna kiasan. Mengingat pada bulan Ramadan manusia berpuasa dan menjalani ibadah menjadi lebih giat, sehingga terhindar dari godaan setan berbuat maksiat.[sc]
- Turki Klaim Habisi Ribuan Pasukan Bashar al-Assad dan Rusia di Suriah
- Ini Hasil Tabayyun MUI Soal Seruan Rapid Test Ulama Agenda PKI, Panduan Biar Tak Mudah Terprovokasi
- Kasus Covid-19 Lampung Bertambah, Dinas Kesehatan: Semuanya Adalah Orang Tanpa Gejala
- Secara Bertahap, Arab Saudi Bebas Lockdown
- Presiden Jokowi Suruh New Normal, Rakyat Malah Bikin Old Normal
Komentar
Posting Komentar