Komunikasi Pemerintah Buruk, Wajar Jalanan Dan Tempat Umum Kembali Ramai
Komunikasi Pemerintah Buruk, Wajar Jalanan Dan Tempat Umum Kembali Ramai - Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh, salam sejahtera kami ucapkan untuk para sobat Pembaca Islam Update 24 Jam. Semoga Allah selalu melindungi kita semua dan memberikan Rahmat dan hidayahNya sehingga sobat bisa meluangkan waktu untuk sekedar mampir di situs kami ini.
Dalam kesempatan ini kita akan mengupas tentang Komunikasi Pemerintah Buruk, Wajar Jalanan Dan Tempat Umum Kembali Ramai yang mungkin sedang sobat cari, dan kami sudah menyiapkan artikel ini dengan baik untuk dapat Sobat baca dan ambil informasi didalamnya. Diharapkan postingan kami kali ini dapat membawa manfaat untuk Sobat semuanya, oke selamat membaca.

Pernyataan pemerintah di saat wabah Covid-19 dirasa membingungkan bagi publik. Di satu sisi pemerintah sempat mendengung-dengungkan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tapi kemarin Presiden Joko Widodo membantah telah melakukan pelonggaran tersebut.
Adapun kebijakan pelonggaran PSBB yang sampai ke telinga publik antara lain mengenai diizinkannya pemuda di bawah 45 tahun untuk bekerja kembali dan kembali beroperasinya transportasi massal.
"Kondisi ini perlihatkan buruknya komunikasi kebijakan pemerintah, keberadaan para ahli komunikasi di Istana perlu diragukan peran dan fungsinya," ucap dosen komunikasi Universitas Telkom, Dedi Kurnia Syah kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (19/5).
Kebijakan yang simpang siur dan tidak satu komando itu, kata Dedi, justru menjadi malapetaka. Sebab, masyarakat akan tidak acuh lagi pada pernyataan pemerintah dan tidak patuh lagi menjalani PSBB.
“Jadi jika ada kerumunan warga di jalanan, di simpul transportasi umum itu wajar. Jjelas itu imbas statemen elit yang tidak dapat dipercaya," tegas Dedi.
Bahkan, kata Dedi, Presiden Jokowi akan semakin tersudut jika semua statemennya ditafsir berbeda oleh para pembantu di kabinet.
"Citra presiden yang tidak sanggup mengelola komunikasi bisa memperburuk reputasi kepala negara," pungkas Dedi.[rmol]
BANYAK DISUKAI PEMBACA :
Demikian pembahasan tentang Komunikasi Pemerintah Buruk, Wajar Jalanan Dan Tempat Umum Kembali Ramai yang dapat kami sampaikan untuk Anda. Semoga saja dapat mengobati rasa penasaran Sobat mengenai kabar atau berita yang sedang sobat cari.
Kedepannya kami akan terus menambah artikel kami, untuk itu tetap pantau terus situs Islam Update 24 Jam ini. Akhir kata kami ucapkan Wassalamualaikum Warahmatulahi Wabarokatuh, sampai ketemu di postingan kami selanjutnya. Salam sejahtera.
Dalam kesempatan ini kita akan mengupas tentang Komunikasi Pemerintah Buruk, Wajar Jalanan Dan Tempat Umum Kembali Ramai yang mungkin sedang sobat cari, dan kami sudah menyiapkan artikel ini dengan baik untuk dapat Sobat baca dan ambil informasi didalamnya. Diharapkan postingan kami kali ini dapat membawa manfaat untuk Sobat semuanya, oke selamat membaca.

Pernyataan pemerintah di saat wabah Covid-19 dirasa membingungkan bagi publik. Di satu sisi pemerintah sempat mendengung-dengungkan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tapi kemarin Presiden Joko Widodo membantah telah melakukan pelonggaran tersebut.
Adapun kebijakan pelonggaran PSBB yang sampai ke telinga publik antara lain mengenai diizinkannya pemuda di bawah 45 tahun untuk bekerja kembali dan kembali beroperasinya transportasi massal.
"Kondisi ini perlihatkan buruknya komunikasi kebijakan pemerintah, keberadaan para ahli komunikasi di Istana perlu diragukan peran dan fungsinya," ucap dosen komunikasi Universitas Telkom, Dedi Kurnia Syah kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (19/5).
Kebijakan yang simpang siur dan tidak satu komando itu, kata Dedi, justru menjadi malapetaka. Sebab, masyarakat akan tidak acuh lagi pada pernyataan pemerintah dan tidak patuh lagi menjalani PSBB.
“Jadi jika ada kerumunan warga di jalanan, di simpul transportasi umum itu wajar. Jjelas itu imbas statemen elit yang tidak dapat dipercaya," tegas Dedi.
Bahkan, kata Dedi, Presiden Jokowi akan semakin tersudut jika semua statemennya ditafsir berbeda oleh para pembantu di kabinet.
"Citra presiden yang tidak sanggup mengelola komunikasi bisa memperburuk reputasi kepala negara," pungkas Dedi.[rmol]
BANYAK DISUKAI PEMBACA :
- Gara-gara Arief Poyuono, #TenggelamkanGerindra Trending
- Emas 3 kg Ditinggalkan Penumpang di Sarana Transportasi Umum
- Politikus PDIP Sebut RUU HIP Diterjemahkan dari Pidato Bamsoet
- ILC Tegang! Ustadz Zaitun Rasmin: Umat Islam Akan Menuntut Kembali Piagam Jakarta Jika Pancasila Diutak-atik
- Resmi! Keputusan Pemerintah: Tahun Ajaran Baru Dimulai Juli 2020
Komentar
Posting Komentar