Prabowo Butuh "Restu" Presiden Petahana Untuk 2024
Prabowo Butuh "Restu" Presiden Petahana Untuk 2024 - Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh, salam sejahtera kami ucapkan untuk para sobat Pembaca Islam Update 24 Jam. Semoga Allah selalu melindungi kita semua dan memberikan Rahmat dan hidayahNya sehingga sobat bisa meluangkan waktu untuk sekedar mampir di situs kami ini.
Dalam kesempatan ini kita akan mengupas tentang Prabowo Butuh "Restu" Presiden Petahana Untuk 2024 yang mungkin sedang sobat cari, dan kami sudah menyiapkan artikel ini dengan baik untuk dapat Sobat baca dan ambil informasi didalamnya. Diharapkan postingan kami kali ini dapat membawa manfaat untuk Sobat semuanya, oke selamat membaca.
Misal ya, ini misal lo...
(Nanti silahkan ribut dan silahkan berdebat asal jangan saling menghujat).
Prabowo bergabung ke Pemerintahan karena beliau sadar, sejak jaman SBY, setiap Presiden terpilih di Pilpres itu bukan berdasarkan suara terbanyak dari pilihan rakyat. Tapi sesuai keinginan Presiden Petahana (Presiden yang menjabat), tentu saja yang saya maksud Presiden itu bukan satu orang, tapi termasuk lingkaran kekuasaan di sekelilingnya.
Alasan saya sangat sederhana, di sistem bernegara kita lembaga Kepresidenan sangat kuat. Sangat berkuasa. Dia pimpinan Pemerintahan. Dia juga Kepala Negara. Secara tidak langsung semua lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara dibawah kekuasaannya.
Kita mungkin pura-pura mengatakan, DPR sebagai perwakilan rakyat adalah setara dengan lembaga Kepresidenan. Tapi begitu kita berbicara Presiden sebagai Kepala Negara, maka DPR, MPR, DPD, MA, MK, BPK dan KY sebagai bagian dari Lembaga Negara pada kenyataannya adalah "dibawah" sang Kepala (Negara).
Dengan sistem bernegara dan kondisi perpolitikan kita sekarang, tidak ada yang mengawasi apalagi di atas seorang Presiden. DPR yang seharusnya jadi Pengawas Pemerintahan, berisi mayoritas dari orang-orang Partai Politik pendukung Presiden. Makanya sering terjadi Ketua Partai Politik justru menjabat sebagai Menteri.
Apa masuk akal anggota-anggota Pak Menteri di DPR akan berani mengkritisi Pemerintah? Ngga mungkin kan?
Kalau Lembaga-lembaga Negara saja pada dasarnya dibawah pengaruh kekuasaan Presiden, apalagi cuma Lembaga Negara berbentuk Independen yang kita sebut KPU (Komisi Pemilihan Umum).
Jadi wajar saja, Pilpres bagi saya dan mungkin bagi sebagian orang cuma akal-akalan Demokrasi. Buang-buang biaya. Toh, Calon Presiden terpilih sudah pasti yang direstui Presiden yang sedang berkuasa.
(Jadi ingat lelucon Dr. G T Ng, Pilpres di Indonesia sudah ketahuan Pemenangnya jauh sebelum Pilpres berlangsung).
Makanya berkali-kali saya katakan, kalau sistem kita tidak berubah, sampai kiamat pun setiap Presiden Petahana saya jamin akan berkuasa dua periode (kalau misalnya dirubah masa jabatan Presiden 10 periode, maka setiap Presiden akan menjabat 10 periode).
Inilah menurut saya alasan kenapa Prabowo merapat ke Rezim Pak Jokowi. Sebut saja beliau sedang mengejar "restu" Presiden Petahana. Karena tanpa restu Presiden Petahana, mau dipilih 99 persen rakyat pun dia akan tetap kalah (baca: dikalahkan).
Karena itu berulangkali saya katakan, saya secara pribadi memahami langkah politik Prabowo Subianto. Sebagai seorang Politikus, yang dia lakukan tidak salah. Sebut saja beliau berdamai dengan kondisi Politik yang kita ciptakan setelah reformasi (baca: Merubah MPR dari Lembaga Tertinggi Negara jadi Lembaga Tinggi Negara).
Jadi Prabowo Subianto seorang Pengkhianat?
Yess (bagi sebagian ex pendukungnya). Tapi pertanyaan pentingnya, dia berkhianat untuk apa, ini yang masih jadi misteri dan masih saya tunggu. Kalau alasannya berdasarkan teori saya diatas, saya bisa memahami dan saya hormati.
Diantara kawan-kawan banyak yang ngomong: Kebenaran dan kebatilan tidak bisa disatukan. Kalau sudah bergabung dengan kebatilan, berarti orangnya ngga benar. Betul dan saya sepakat. Tapi 1000 tahun kedepan pun tidak akan ada perubahan di Negeri ini. Selamanya para cukong yang akan mengendalikan perjalanan bangsa ini. Kecuali rakyat siap melakukan revolusi. Pertanyaannya: Siapa yang siap dengan revolusi?
Terakhir, apakah kami masih mendukung Prabowo?
Saya kutip lagi kata-kata saya diawal Prabowo bergabung dengan Rezim Pak Jokowi:
Kami lambaikan tangan padamu Jenderal dan kami ucapkan salam perpisahan. Sekarang kita berada di Perahu yang berbeda, tapi mungkin saja tujuan kita masih sama....
(By Azwar Siregar)
*Sumber: fb penulis
BANYAK DISUKAI PEMBACA :
Demikian pembahasan tentang Prabowo Butuh "Restu" Presiden Petahana Untuk 2024 yang dapat kami sampaikan untuk Anda. Semoga saja dapat mengobati rasa penasaran Sobat mengenai kabar atau berita yang sedang sobat cari.
Kedepannya kami akan terus menambah artikel kami, untuk itu tetap pantau terus situs Islam Update 24 Jam ini. Akhir kata kami ucapkan Wassalamualaikum Warahmatulahi Wabarokatuh, sampai ketemu di postingan kami selanjutnya. Salam sejahtera.
Dalam kesempatan ini kita akan mengupas tentang Prabowo Butuh "Restu" Presiden Petahana Untuk 2024 yang mungkin sedang sobat cari, dan kami sudah menyiapkan artikel ini dengan baik untuk dapat Sobat baca dan ambil informasi didalamnya. Diharapkan postingan kami kali ini dapat membawa manfaat untuk Sobat semuanya, oke selamat membaca.
Misal ya, ini misal lo...
(Nanti silahkan ribut dan silahkan berdebat asal jangan saling menghujat).
Prabowo bergabung ke Pemerintahan karena beliau sadar, sejak jaman SBY, setiap Presiden terpilih di Pilpres itu bukan berdasarkan suara terbanyak dari pilihan rakyat. Tapi sesuai keinginan Presiden Petahana (Presiden yang menjabat), tentu saja yang saya maksud Presiden itu bukan satu orang, tapi termasuk lingkaran kekuasaan di sekelilingnya.
Alasan saya sangat sederhana, di sistem bernegara kita lembaga Kepresidenan sangat kuat. Sangat berkuasa. Dia pimpinan Pemerintahan. Dia juga Kepala Negara. Secara tidak langsung semua lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara dibawah kekuasaannya.
Kita mungkin pura-pura mengatakan, DPR sebagai perwakilan rakyat adalah setara dengan lembaga Kepresidenan. Tapi begitu kita berbicara Presiden sebagai Kepala Negara, maka DPR, MPR, DPD, MA, MK, BPK dan KY sebagai bagian dari Lembaga Negara pada kenyataannya adalah "dibawah" sang Kepala (Negara).
Dengan sistem bernegara dan kondisi perpolitikan kita sekarang, tidak ada yang mengawasi apalagi di atas seorang Presiden. DPR yang seharusnya jadi Pengawas Pemerintahan, berisi mayoritas dari orang-orang Partai Politik pendukung Presiden. Makanya sering terjadi Ketua Partai Politik justru menjabat sebagai Menteri.
Apa masuk akal anggota-anggota Pak Menteri di DPR akan berani mengkritisi Pemerintah? Ngga mungkin kan?
Kalau Lembaga-lembaga Negara saja pada dasarnya dibawah pengaruh kekuasaan Presiden, apalagi cuma Lembaga Negara berbentuk Independen yang kita sebut KPU (Komisi Pemilihan Umum).
Jadi wajar saja, Pilpres bagi saya dan mungkin bagi sebagian orang cuma akal-akalan Demokrasi. Buang-buang biaya. Toh, Calon Presiden terpilih sudah pasti yang direstui Presiden yang sedang berkuasa.
(Jadi ingat lelucon Dr. G T Ng, Pilpres di Indonesia sudah ketahuan Pemenangnya jauh sebelum Pilpres berlangsung).
Makanya berkali-kali saya katakan, kalau sistem kita tidak berubah, sampai kiamat pun setiap Presiden Petahana saya jamin akan berkuasa dua periode (kalau misalnya dirubah masa jabatan Presiden 10 periode, maka setiap Presiden akan menjabat 10 periode).
Inilah menurut saya alasan kenapa Prabowo merapat ke Rezim Pak Jokowi. Sebut saja beliau sedang mengejar "restu" Presiden Petahana. Karena tanpa restu Presiden Petahana, mau dipilih 99 persen rakyat pun dia akan tetap kalah (baca: dikalahkan).
Karena itu berulangkali saya katakan, saya secara pribadi memahami langkah politik Prabowo Subianto. Sebagai seorang Politikus, yang dia lakukan tidak salah. Sebut saja beliau berdamai dengan kondisi Politik yang kita ciptakan setelah reformasi (baca: Merubah MPR dari Lembaga Tertinggi Negara jadi Lembaga Tinggi Negara).
Jadi Prabowo Subianto seorang Pengkhianat?
Yess (bagi sebagian ex pendukungnya). Tapi pertanyaan pentingnya, dia berkhianat untuk apa, ini yang masih jadi misteri dan masih saya tunggu. Kalau alasannya berdasarkan teori saya diatas, saya bisa memahami dan saya hormati.
Diantara kawan-kawan banyak yang ngomong: Kebenaran dan kebatilan tidak bisa disatukan. Kalau sudah bergabung dengan kebatilan, berarti orangnya ngga benar. Betul dan saya sepakat. Tapi 1000 tahun kedepan pun tidak akan ada perubahan di Negeri ini. Selamanya para cukong yang akan mengendalikan perjalanan bangsa ini. Kecuali rakyat siap melakukan revolusi. Pertanyaannya: Siapa yang siap dengan revolusi?
Terakhir, apakah kami masih mendukung Prabowo?
Saya kutip lagi kata-kata saya diawal Prabowo bergabung dengan Rezim Pak Jokowi:
Kami lambaikan tangan padamu Jenderal dan kami ucapkan salam perpisahan. Sekarang kita berada di Perahu yang berbeda, tapi mungkin saja tujuan kita masih sama....
(By Azwar Siregar)
*Sumber: fb penulis
BANYAK DISUKAI PEMBACA :
- Ozil Memberikan Donasi $ 101.000 untuk Paket Iftar Ramadhan
- Jokowi Didesak Kembalikan Penghargaan Antikorupsi atau Batalkan Transaksi Jual beli-video Prakerja Rp 5,6 Triliun
- Refly Harun Ungkit Cara Pemenangan Jokowi di Pilpres 2019 Lalu, Manfaatkan BUMN
- Hampir Setengah Karyawan Pabrik Pengolahan Daging Babi Positif Corona, Ada Apa?
- Mbah Moen: Lebih Baik Jadi Orang Benar, Meski Tidak Pintar.
Komentar
Posting Komentar